Sabtu, 29 Juli 2017

Para Tengkulak Yang Menekan Harga

tanggapan pak Prof. Anang Zaini Gani

Saya sangat  terharu  membaca cerita yang mana beberapa  kalimat  yang menyentuh hati:……orang miskin membiayai  orang kaya,….apakah engkau temukan ditempat  belanjamu orang saling berebut  untuk membahagiakan sesamanya seperi ini? * ,…  * tapi dapat kurasakan mengaliri hatimu  dengan sejuta haru dan  makna.  

Saya  pernah juga  bertani, dan disini saya rasakan betapa berat risiko  sebagai petani. Risiko biaya, cuaca, hama, pupuk, air, menghadapi tengkulat/pembeli yang mau untung banyak,  preman dan produk yang  tak bisa terjual / busuk.  Mungkin  bisa dibayangkan berapa persen uang yang diperoleh petani dalam suatu  psoses sampai konsumen.  Yaitu tidak  lebih dari 15%.  Sedikit sekali. Sisanya banyak dihisap oleh  biaya2 indirect, yang paling besar adalah  keuntungan tengkulak/ pedagang.

Makanya tak heran bila ada cerita menyedihkan bahwa ada petani  sangat marah dan mau membunuh tengkulak/pedagang  karena  hasil pertaniannya dihargainya sangat rendah.  Sedangkan tengkulak makin besar untungnya.  Makanya jangan heran  banyak cerita petani tak bisa bertahan   untuk  bertani dan tanah dijual…. Cerita ujung2nya  oleh investor  meraih untung besar  karena  dijual kaveling2 dengan harga  yang tinggi.

Sekitar tahun 1995, saya  tertarik pertanian jamur tiram, karena jamur merupakan alternative makanan  yang sehat.  Kondisi  pada saat itu tentang jamur tiram  sangat  menyedihkan, karena banyak kegagalan, yaitu yang barhasil hanya sekitar 60%. Kebetulan teman, pak Kudrat,  yang punya fotocopy di jl Sultan Agung, meminta  bantuan memperbaiki  pertanian jamur di tempatnya.. di Cisarua Lembang.

Penelitian tidak hanya proses, juga keseluruhan system bisnis dari bahan baku sampai  penjualajan. Bersama dengan mahasiswa  S3 bilologi,  dikembangkan suatu proses yang meningkatkan keberhasilan  dengan sukses  sampai 97%.  Dia terharu dan di membantu saya bangun pertanian ditanah saya di daerah Mekar Wangi Lembang.  Sekarang sudah ditutup karena tidak bisa bertahan karena biaya bahan baku dan  kenaikan BBM dan tengkulak  selalu menekan harga.  Dan sekarang  saya  jaDI PENGACARA ( PENGsiunan  banyak biCARA)  dan  juga mendapat  pensiunan  sebagai guru besar  dengan sekitar Rp. 4 juta perbulan . Tapi saya sangat bahagia  sekarang, karena memiliki profesi baru menjadi MC dan menyenangkan .

Sekarang banyak yang berminat bidang jamur tiram ini , Pak Kudrat  sendiri, Dia Ketua Persatuan  Petani  Jamur, dia  keliling   Indonesia untuk memberikan pelatihan jamur dan wiraswasta.  Di Cisatrua, lembang masih ada  tempat jamur dan sering dimanfaatkan untuk pelatihan.    Di hati saya masih   berdenyut  perkataan dan merasakan …. apakah engkau temukan ditempat  belanjamu orang saling berebut  untuk membahagiakan sesamanya seperi ini?  ,  karena hampir setiap hari  saya belanja  sendiri  di pasar Simpang Dago.

Semoga Allah SWT memberikan hidayah dan RahmatNya  kepada  kita semua.  Amin 3x. Wassalam
 AZG
( catatan  MC= Momong  Cucu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar