Kristianto Jahja
KAIZEN Institute
Perubahan yang berarti terjadi bukan karena kesadaran manajemen terhadap job content dan job depth, namun karena teknologi. Ada banyak peruGbahan terjadi dalam proses industri elektronik.
Banyak otomatisasi yang diterapkan di banyak pekerjaan yang tadinya dilakukan secara manual repetitif. Automatic Pick and place machine (sequencer, radial, axial) menggantikan banyak pekerjaan memasang komponen, sementara itu teknologi wave soldering menggantikan tangan-tangan halus para gadis petugas solder. Miniaturisasi dari komponen elektronik juga mengalihkan
banyak pekerjaan manual ke mesin-mesin otomatis. Sejarah industri elektronik di Indonesia mencatat kegagalan kita menyesuaikan diri, dengan ditutupnya pabrik Fairchild dan NS-electronic beberapa belas tahun yang lalu, berhubung kita tak rela melepaskan pekerjaan yang tidak manusiawi itu ke mesin. Sementara itu dalam industri elektronik sendiri sedang terjadi proses perubahan paradigma dalam mengelola proses dan metode kerja di dalamnya. Sekarang ini, ruangan untuk mesin-mesin mulai makin mendominasi pabrik elektronik, bukan sekadar gelaran meja panjang dengan ban berjalan dan ratusan pos kerja dengan gadis-gadis yang melakukan pekerjaan tangan. Jadi jelas bahwa pola pengelolaan kerja di pabrik elektronik perlu berubah.
Jenis pekerjaan yang mulai bergeser ini mengakibatkan tugas karyawan tidak lagi sempit seperti sebelumnya yang hanya memasang 3-5 komponen di circuit board. Jenis pekerjaan berubah menjadi
lebih luas dan bervariasi. Misalnya, perakitan manual tidak lagi berkaitan dengan circuit board, namun memasang board pada box/chasisnya, memasang berbagai komponen mekanik pada
produk, menyambung circuit board dengan komponen lain (biasanya juga dengan plug, bukan lagi solder), melakukan wire dressing, packing dsb. Hampir seluruh pekerjaan pada circuit board sudah
diambil alih oleh APP (automatic Pick and Place) dan sistem otomatisasi produksi lainnya. Pada saat inilah pengaruh konsep JIT mulai merambah industri elektronik.
Pabrik Toshiba bisa dibilang yang pertama mulai menerapkan berbagai teknik JIT ini. Di pabriknya di Duesselldorf Jerman pada sekitar awal dasawarsa 1990 lalu sudah dapat dilihat adanya sistem lampu yang diadopsi dari Toyota. Demikian juga pabrik Canon yang juga menyusun buku panduan disebuit CPS (Canon Production System). Semuanya merupakan adaptasi dari JIT.
Berbagai konsep dari JIT seperti lay-out dengan konfigurasi "U", sel manufaktur, dan ergonomi mulai mendapat tempat dalam industri elektronik. Itulah yang menuntut sikap kerja berdiri, juga pada industri elektronik. Tentang sikap kerja berdiri dalam JIT diulas secara panjang lebar pada buku-buku karangan Hiroyuki Hirano.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar